24 Februari 2011

Hanya Bayang Semu

Malam ini terasa berbeda dari malam malam sebelumnya ketika aku masih mencintaimu. Kegelapan telah mengisahkanku akan sebuah takdir yang membawaku lenyap dari persinggahanku. Aku termenung menatap ribuan bintang yang tertawa mengejekku. Sepertinya ia tahu, kalau aku sedang memikirkan sesuatu. Ya, suatu hal rumit yang takkan pernah bisa kujelaskan kepadanya. Terlalu sulit untuk dilihat, dan terlalu awam untuk didengar. Kupandangi senyum ejekan itu dengan mata kosongku. Membayangkan bagaimana aku merasakan suatu hal yang rumit dan sulit dijelaskan itu. Sungguh, betapa aku tak ingin membiarkan diriku larut dalam kesunyian. Namun, naluriku berkata bahwa aku harus larut, jika aku ingin tau perasaan yang aku rasakan ini.
Ku biarkan diriku larut, bahkan tenggelam. Tetapi, mengapa disaat aku menenggelamkan perasaan itu aku semakin tersiksa dengan adanya suatu tekanan, ya Allah? Apa ini yang mengurungkan niat ku untuk melupakan keingintahuanku mengenai perasaan itu? Mungkin perasaan itu hanyalah bayang semu yang singgah begitu cepat merasuk kalbuku. Atau hanyalah sepintas pengalaman yang mengajarkan kedewasaan bagiku. 
Waktu demi waktu aku mulai percaya. Perasaan itu takkan pernah membawa aku ke jalan takdirku. Karena aku yakin, perasaan ini hanya sepintas mengganggu gemerlapnya mimpiku.
Ku dengar lantunan lagu cinta yang mengisahkanku. Ku baca, dan ku pahami benar sampai aku mahir dengan detail penceritraannya. Ku pasangkan kisah dibalik lantunan merdu itu kedalam kisahku. Ku baca sekali lagi. Bahkan berkali-kali. Tapi mengapa hal ini sangat menyulitkan bahasa jiwaku? Aku tak bisa menerjemahkannya. 


Aku terlalu bodoh untuk dipermainkan oleh perasaan itu. Seharusnya aku tak usah larut bahkan tenggelam dalam perasaan yang menyulitkanku ini. Adakah keistimewaan dari kegelapan yang menyuruhku untuk berpikir? Adakah keindahan dari lantunan lagu yang membodohiku untuk membandingkan lagu itu dengan kisah yang ku alami?
Semua jawaban dari pertanyaan yang tersirat dalam hatiku malam ini tak dapat kuraba dengan jelas. Aku tak dapat menyentuh bayang semu yang selalu menghantui langkahku.
Ini semua karena aku terlalu bodoh untuk MENERJEMAHKAN ARTI PERASAAN ITU.

0 Comment:

Posting Komentar