Barusan aku dikagetkan oleh beberapa pesan singkat yang isinya tentang perasaan yang sekarang dirasakan oleh temen baikku. sebut saja bences. haha. udah lama banget se aku kenal temanku yang paling konyol satu ini. Lumayanlah, 5 tahun bukan waktu yang singkat. Dalam waktu yang tidak singkat itu aku bisa menilai bagaimana karakternya. Bagaimana cara dia memandang dan merasakan sesuatu yang ada dihadapannya.
Bisa dikatakan dia HOMORIS, eh salah HUMORIS :D aku bisa mengatakan demikian karena dia tidak pernah absen membalas pesan telepon genggamku yang mungkin "nggak penting" dengan kata kata leluconnya yang tidak penting pula. haha. jujur, aku lebih senang mengobrol dan berbagi cerita dengan nya.
Sayang, dia adalah laki-laki yang aneh. Dia nggak peduli Tuhan, yang ada di pikirannya hanya berbuat baik itu sudah cukup. Dia nggak peduli pahala ataupun dosa, yang dia pikirkan hanyalah suatu kesenangan baginya ataupun orang lain yang disenangkannya. Pokoknya "ikhlas", tak mengaharap apapun. Baginya, pahala itu nggak ada. Sesuatu yang nggak kelihatan itu dianggapnya sesuatu yang mustahil.
Baru kali ini aku menemukan suatu paham aneh yang diciptakan dari sahabat baik ku ini. Dan terus terang, aku sangat tertarik dengan cerita cerita aneh yang sering dibaginya untukku. Entah, hasrat ingin bunuh diri, hasrat atheis, hasrat ingin mati, dan semua hasrat hasrat aneh lainnya.
Tapi bukan itu yang ingin kuceritakan malam ini. Kali ini bences mengirimkan pesan singkat yang menyedihkan tapi masih dalam level konyol. Sebelum mengirim pesan singkat ini, beberapa bulan yang lalu ia sempat bercerita tentang kekasihnya. Ya, seorang kekasih. Cukup tabu bagi seorang bences yang konyol dan tak punya hati. Tapi inilah kenyataan yang harus kutelan. Dan aku bersyukur, semenjak dia mempunyai kekasih, kelakuannya yang konyol itu sedikit lenyap oleh cinta.
Permasalahannya seiring cinta itu tumbuh, tiba tiba ada hama yang merusak tumbuhnya cinta mereka. Hama itu adalah keyakinan. Agama. Bences orang katolik, sementara pacarnya adalah muslimah.
Ibu dari pihak wanita menyarankan agar mereka memutuskan hubungan mereka sebelum cinta itu tumbuh sekian lama, tapi dirusak habis oleh hama.
Berdasarkan cerita yang bences dilontarkannya kepadaku, dia hancur. Sudah terlanjur cinta itu tumbuh bahkan hampir berbunga. Namun seketika dirusak begitu saja oleh hama, yaitu keyakinan kedua belah pihak. "Semua agama itu sama, mar ! Nggak ada bedanya!" . begitu argumennya.
"Semua agama itu punya persamaan dan perbedaan. Persamaan menerapkan syariat kebajikan, dan perbedaan cara beribadah dan keyakinan."
"Pokoknya kalo aku nggak bisa bertahan, aku nggak bakal pacaran sampai mati! Hatiku sudah terlanjur habis oleh cinta terakhir ini"
Sontak aku kaget dengan sumpah dan serapah itu. Bagaimana manusia bisa hidup tanpa pendamping sampai ia mati? Kali ini aku tidak sependapat denganmu kawan !
Secara biologis, seiring berjalannya waktu hati yang sudah hancur dan habis itu pasti ada sisa sisa kepingan yang tersisa. kepingan yang tersisa itulah akan menjadi sel sel baru yang akan membelah diri, dan membentuk jaringan.
Setelah jaringan itu tebentuk sempurna, barulah organ itu akan terbentuk otomatis. Intinya ini adalah masalah waktu. Kita bisa menyisipkan kepingan kepingan hati dari orang lain agar kepingan kepingan itu membentuk satu kesatuan hati yang utuh.
Sudahlah, aku nggak tega ces sahabat terbaikku (halah) terpuruk. Aku rindu dengan kekonyolan, keanehan, dan keistimewaan yang kamu punya.
INTINYA, KAMU ITU SAHABAT YANG SANGAT LANGKA. DAN AKU BERUNTUNG BISA MENGENAL SAHABAT SELANGKA KAMU. HAHAHA
18 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar