11 Februari 2013

A phase of change.

Hai! 
Oke, kali ini aku nggak mau nge-posting sesuatu yang galau galau. Karena kalo dipikir pikir umur udah hampir seperlima abad tapi masih galau itu bisa mengurangi presentasi ke-cakep-an. Percaya nggak percaya sik. Sugesti nggak sugesti juga. Tapi gak tau kenapa aku sendiri mengalami kejadian terkutuk ini. Tapi tapi tapi, fine fine aja sih buat remaja ABG jaman sekarang yang notabene udah menjadi suatu kewajaran....... yang nggak lazim.
Nah loh bingung kan? Wajar tapi nggak lazim. Udah nggak usah diambil pusing. Heuheuaue.

Emang sih galau itu wajar. Galau itu salah satu cara kita mengkonversikan perasaan menjadi suatu bentuk ekspresi wajah ataupun dalam bentuk kata-kata yang melankolis. Ada pepatah yang diciptakan oleh salah satu anak abg yang sedang ingin mendadak gaul. Dia bilang kalo, "Nggak galau, nggak gaul". Dan bego nya lagi, salah satu anak kurang gaul kayak aku jadi gampang terpengaruh sama pepatah yang kurang bertanggung jawab macem itu. Saking pengen banget dibilang gaul, akhirnya aku mencoba untuk galau.

Sudah berbulan-bulan menggalau, tapi nggak ada satupun orang yang menyematkan gelar 'anak gaul' buat aku. Sejak saat itu, barulah aku mulai mikir. Usut demi usut, ternyata pepatah "nggak galau, nggak gaul" adalah pepatah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan maknanya. Jadi, aku banting sentir dan berpindah haluan ke jalan kebenaran. Jalan dimana kegalauan dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri-ke-perasaan. Hualaaah halah.

Setelah fase fase ter-absurdbsbcxvs dalam hidup ini terlewati, ternyata cobaan masih belum berakhir. (Backsound: Tobat - Opick)

Ada nih satu makhluk berumur 18 tahun 1 bulan. Sebut aja Re (nama sebenarnya). Seperti biasa, bukan anak gaul. Kalo dia gaul, kita nggak mungkin saling kenal. Karena anak gaul sama anak nggak gaul itu habitat nya udah beda. Huihihi bukan maksud apa-apa sih, hanya aja kita gak mau cerita kita disamain sama cerita nya ftv yang terkenal dramatis. Misalnya, suatu hari ada cowok gaul kece abis,  tiba-tiba deket aja gitu sama cewek cupu katrok berkacamata minus. So dramatic. Kwuk!

Jujur, aku lebih suka cerita hidupku sendiri daripada cerita drama ftv. Karena the writer of my life stories is God. But the writer of the ftv dramas is just a human. Jadi, bersyukur banget lah ada campur tangan Tuhan di setiap alur cerita kehidupanku yang nggak selalu maju dan nggak selalu mundur. So, thank God! You gave him to me, even though I know it may take just a little while.

1 komentar:

  1. Galau udah ga jaman mar. yang ada gundah gulana :D

    BalasHapus